Gambar Sampul Bahasa Indonesia · b_BAB II TRANSPORTASI
Bahasa Indonesia · b_BAB II TRANSPORTASI
Demas, dkk

22/08/2021 08:52:05

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Bab II

~ Transportasi

27

II

Pada bab kedua ini Anda akan mencapai beberapa tujuan pembelajaran. Tujuan yang dimaksudkan

yaitu:

1.

Anda akan berlatih mengidentifikasi peristiwa yang terjadi dalam pementasan drama,

mengidentifikasi pelaku dan perwatakannya dengan disertai bukti, serta mengidentifikasi

dialog dan konflik yang muncul dalam pementasan drama;

2.

Anda akan berlatih membawakan dialog dengan memerhatikan gerak-gerik dan mimik sesuai

dengan watak tokoh;

3.

Anda akan berlatih menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat;

4.

Anda akan berlatih menulis resensi dengan memerhatikan prinsip-prinsip penulisan resensi.

TRANSPORTASI

MENDENGAR

BERBICARA

MEMBACA

MENULIS

Mengidentifikasi

peristiwa, perilaku dan

perwatakannya,

dialog, dan konflik

pada pementasan

drama

Menulis

resensi

Menemukan unsur-

unsur intrinsik dan

ekstrinsik hikayat

Menyampaikan dialog

disertai gerak-gerik dan

mimik, sesuai dengan

watak tokoh

TRANSPORTASI

Tujuan Pembelajaran

Peta Konsep

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

28

PENDAHULUAN

Pada bab ini, Anda akan menyaksikan pementasan drama untuk

mengidentifikasi peristiwa yang terjadi, pelaku dan perwatakannya, serta

memperhatikan dialog dan konflik yang muncul. Anda juga akan berlatih untuk

membawakan dialog dalam drama dengan memerhatikan gerak-gerik dan mimik

sesuai dengan watak tokoh. Selanjutnya, Anda akan membaca sebuah hikayat untuk

menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang ada di dalamnya. Selain itu,

Anda juga akan berlatih membuat resensi.

A.

MENONTON DAN MENANGGAPI

PEMENTASAN DRAMA

1. Memahami Peristiwa

Yang dimaksud peristiwa dalam pementasan drama yaitu serentetan

kejadian yang dikembangkan dalam pementasan drama sehingga membentuk

alur cerita yang dapat dinikmati oleh penonton. Peristiwa itu pada awalnya dapat

berupa pengalaman pribadi penulis naskah drama. Akan tetapi, dapat juga

peristiwa itu merupakan hasil imajinasi belaka. Peristiwa itu misalnya terjadi

seperti contoh berikut ini.

Tante Tuti meyakinkan Bapak dan

Ibu Indra bahwa Yovita dan

Dadang sudah saling mencintai,

lagi pula Dadang adalah pemuda

yang soleh, rajin bekerja yang

sudah memulai usahanya sebagai

pengusaha rental oplet. Akan

tetapi, Bapak dan Ibu Indra tetap

menolak.

Yovita mengadu kepada tantenya

yang bernama Tuti dan mengatakan

bahwa ibunya berbau Siti Nurbaya

karena masih ingin menjodohkan

anaknya.

Mendengar berita itu, Bapak dan

Ibu Indra menolak karena mereka

ingin menjodohkannya dengan anak

juragan pemilik toko swalayan di

kotanya.

Yovita mengatakan pada ibunya

bahwa ia mencintai dan dicintai

seorang pemuda bernama Dadang,

seorang pengusaha kecil yang

menyewakan oplet.

Tujuh tahun kemudian, dengan

bangga Yovita dan Dadang

mengundang orang tua mereka

untuk meresmikan gedung baru

miliknya sebagai tempat usaha

rental mobil yang diberinya nama

YOVIDANG TRANS sekaligus

tasyukuran atas kelahiran anak

pertamanya.

Yovita dan Dadang bersikeras

menikah dan kemudian hidup mandiri

dengan mengontrak rumah untuk

mengawali rumah tangganya.

Bapak/Ibu Indra terharu dan

menyesal karena pernah melarang

perkawinan mereka. Setelah saling

memaafkan mereka makan bersama

dengan penuh suka cita.

Bab II

~ Transportasi

29

Pada saat kita menghadapi karya sastra yang berbentuk drama, yang

bisa dilihat hanyalah naskah yang berupa percakapan dan pengarahan-pengarahan

yang tidak perlu diucapkan. Pemahaman yang demikian itu masih jauh

kesesuaiannya dengan apa yang diharapkan penulis.

Menikmati drama yang sempurna yaitu apabila drama itu sudah ditampilkan

dalam pementasan dan penonton tidak mendapatkan hambatan di dalamnya.

Untuk memberikan penilaian drama diperlukan suatu jarak penikmatan

yang sering disebut jarak estetik, sehingga dapat dilihat secara total. Cara ini

dapat kita lihat pada gambar berikut yang menunjukkan jarak penikmatan.

2. Perilaku dan Perwatakannya

Tokoh drama adalah orang yang menjadi pelaku di dalam drama, sedangkan

peran merupakan watak dan perilaku yang dilakukannya. Untuk memerankan

seorang tokoh drama yang baik, seorang tokoh harus memahami betul peran

dalam lakon yang dimainkan. Selain itu, ia harus memperhitungkan daya nalar

secara umum. Ini menjadi tugas seorang sutradara dalam memilih atau menyeleksi

pemeran tokoh (

casting

)

.

Pemeran yang baik seharusnya disesuaikan dengan

karakter yang akan diperankan, misalnya tokoh seorang pengemis biasanya

mempunyai ciri-ciri berbadan kurus, selalu merendah, berbahasa dengan kata-

kata yang menimbulkan rasa iba, pakaian compang-camping dan sebagainya

yang selaras dengan itu. Jadi, seandainya penampilan tokoh tersebut menyimpang

dan penyimpangan tersebut tidak beralasan, secara umum penonton akan

memberikan penilaian yang kurang bagus.

3. Dialog dan Konflik dalam Drama

Sebuah cerita akan terasa hidup apabila dialog-dialog yang terjadi mampu

menimbulkan permasalahan, ketegangan-ketegangan dan akhirnya mengarah

pada klimaks penceritaan. Hal ini dimungkinkan apabila konflik-konflik yang

membangunnya tersusun secara rapi dan masuk akal. Artinya, rentetan yang

dikembangkan harus mempunyai alasan yang jelas, kuat, dan dapat diterima

dengan akal sehat.

Pemain

Jarak Estetik

Penonton

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

30

Contoh:

Suatu ketika ada seorang direktur keluar dari ruang kerjanya, marah-

marah, dan menendang-nendang kursi.

Setelah itu, ia berteriak-teriak memanggil karyawan perawat tanaman

dan mem-PHK-nya. Rupanya janggal sekali kalau peristiwa itu terjadi hanya

gara-gara melihat pot bunga yang terbuat dari tanah pecah di depannya. Peristiwa

itu sebaiknya dibangun dengan emosi-emosi yang teratur sampai pada kemarahan

tersebut meledak sehingga dapat dinalar oleh penikmatnya, misalnya peristiwa

itu sudah pernah terjadi berkali-kali dan pekerja itu sudah diperingatkan berkali-

kali pula. Untuk selanjutnya, pekerja itu masih mengabaikan bahkan meremehkan

hal tersebut.

B.

MEMBAWAKAN DIALOG DISERTAI GERAK-

GERIK DAN MIMIK

Dalam pementasan drama, latar dapat mencakup beberapa dimensi, yaitu:

dimensi ruang, waktu, sosial budaya, atau yang lain lagi. Untuk membangun dimensi

ruang, pementasan dapat didukung dengan penataan dekorasi, suara, penerangan

(

lighting

) dan sebagainya. Untuk membangun dimensi waktu, dapat dibangun dengan

mode pakaian, rambut, atau alat-alat yang digunakan; sedangkan untuk membangun

dimensi sosial budaya dapat dinyatakan dengan perhiasan, gaya bicara, pembicaraan,

dan sebagainya.

Dialog seorang tokoh akan menjadi berisi apabila disertai dengan gerak-gerik

dan mimik yang meyakinkan. Sebagai contoh, seorang yang sedang menjinjing kopor

yang berat. Kopor ini dapat ditampilkan dengan kopor kosong, tetapi gerakannya

misalnya dengan tubuh agak miring dan sedikit merunduk dan mimik pun menunjukkan

keberatan. Selain itu, dapat didukung dengan napas yang tersengal-sengal atau

menekan-nekan napas. Dengan cara seperti itu, terbangunlah watak tokoh dengan

baik.

Perlu Anda ingat bahwa penilaian sebuah karya, khususnya karya drama,

tidak boleh sepenggal-sepenggal. Karya itu harus dinilai secara lengkap sehingga

objektivitas penilaian dapat terjaga.

Cobalah Anda cermati satu contoh adegan drama yang berjudul Sampek

Engtay yang ditulis oleh N. Riantiarno di bawah ini!

Sampek Engtay

SEKOLAH YAYASAN PUTRA BANGASA DI BETAWI. PAGI.

(Guru tengah meluapkan kemarahan kepada murid-muridnya. Memukul bel berkali-

kali dan baru berhenti ketika murid-murid sudah berkumpul semua. Dia menatap

muridnya satu demi satu)

Guru

Siapa di antara kalian yang kencing sambil berdiri?

Bab II

~ Transportasi

31

Mudid-murid

(semua mengacungkan tangan. Kecuali Engtay)

Guru

Sejak kapan kalian kencing sambil berdiri?

Mudid-murid

Sejak kecil, Guru.

Guru

Itu menyalahi peraturan. Apa bunyi peraturan tentang kencing?

Murid-I

Seingat saya, sekolah kita tidak pernah membuat peraturan tentang kencing, Guru.

Yang ada hanya peraturan yang bunyinya: Jaga Kebersihan.

Guru

(Membentak) Jaga Kebersihan! Jaga Kebersihan! Bunyi peraturan itu bias berlaku

untuk segala perkara, termasuk perkara kencing dan berak. Paham?

Murid-murid

(Ketakutan) Paham Guru.

Guru

Tapi coba lihat sekarang di tembok WC dan kamar mandi. Hitam-hitamnya kotornya.

Bagaimana cara kalian menjaga kebersihan? Dengan cara mengotorinya? Itu akibat

kalian kencing sambil berdiri.

Engtay

(Mengacungkan tangan)

Guru

Kenapa Engtay? Mau omong apa?

Kamu satu-satunya yang tadi tidak tergolong kepada para kencing berdiriwan ini.

Apa kamu kencing sambil jongkok? Atau sambil tiduran?

Engtay

(Menaham senyum)

Maaf Guru. Saya kencing sambil jongkok sejak saya kecil. Sudah kebiasaan.

Kencing sambil berdiri, bukan saja menyalahi peraturan sekolah kita, tapi juga

melanggar ujar-ujar kitab yang bunyinya: “Jongkoklah Waktu Buang Air Kecil dan

Besar, Supaya Kotoran Tidak akan Berceceran”.

Guru

Itulah yang ingin kuutarakan pagi ini. Otakmu encer sekali Engtay dan sungguh

tahu aturan. Kamu betul-betul kutu buku. Apa lagi kalimat-kalimat dalam kitab

yang kamu baca perihal kencing? Katakan, biar kawan-kawan yang bebal ini

mendengar.

Engtay

(Berlagak menghapal)

“Yang Keluar Saat Buang Air Kecil Harus Air. Kalau Darah, Itu Pertanda Kita

Sakit. Segeralah Ke Dokter.”

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

32

Guru

Bagus. Apa lagi? Apa lagi?

Engtay

“Dengan Kata Lain, Semua Kotoran Harus Segera dibuang.”

Guru

Bagus, bagus. Sejak saat ini, dengar bunyi peraturan dari kitab-kitab itu. Dan

patuhilah. Kalian yang melanggar akan aku suruh hukum pukul tongkat tujuh

kali.hapalkan peraturannya, terutama mengenai kencing sambil jongkok itu tadi.

Sekarang, kalian aku hukum membersihkan WC dan kamar mandi. Semuanya.

Kecuali Engtay.

Murid-murid

Kami patuh Guru.

Guru

Sekian pelajaran tentang kencing. Hukuman harus segera dilaksanakan sekarang

juga! (pergi).

(Musik terdengar. Masuk dalang, omong sama penonton)

Dalang

Lalu diambilnya tinta bak dan disiramkannya ke tembok-tembok WC. Tuh, jadi

kotor, kan? Engtay berhasil. Cerdik-kiawan sekali anak itu. Selanjutnya ada apa

ini, ada apa ini? Adegan apa? Oo, iya, adegan Pasar Malam!

10. PASAR MALAM DI GAMBIR-BETAWI. MALAM.

(Murid-murid sekolah putra bangsa menonton tonil-pasar berbaur dengan para

penonton lainnya. Sampek dan Engtay juga ada)

Dalang

(Yang juga bertindak sebagai pembawa acara)

Terang bulan terang di kali

Buaya timbul disangkanya mati

Malam ini kita jumpa lagi

Dalam lakon cinta kasih sejati

Pohon-pohon dikasih dupa

Daunnya rimbun kuat akarnya

Ini lakon cinta kasih dari Eropa

Asmara Romeo dan Yuliet-nya

(Panggung rakyat digelar)

(Pertama, disajikan kisah cinta Romeo dan Yuliet)

Bab II

~ Transportasi

33

Romeo

(Muncul bersama Yuliet)

Ibarat bunga, mawar atau pun kenanga, kalu ia harum, nama tak lagi penting adanya.

Yuliet, dikau ibarat bunga. Berganti nama sejuta kalipun, asal dikau adalah Yuliet

seperti yang kukenal sekarang ini duhai , dikau tetap kucinta....

Yuliet

(manja ) Ah, ah....

Dalang

Stop, tunggu dulu, jangan dilanjutkan dulu (membaca) hasil pengumpulan pendapat

dari para penonton, malam ini tidak dibutuhkan lakon tragedi. Ternyata penonton

kita lebih suka komedi. Tapi, kami belum siap bikin lakon baru. Apa boleh buat,

lakon Yuliet dan Romeo, terpaksa dibikin jadi komedi. Ya, mulai. Go!

Romeo

(Bersuit...)

Yuliet

(Mendekat) yeah?

Romeo

(Bersuit lebih keras lagi)

Yuliet

Yeah, yeah...

Romeo – Yuliet

(berduet)

Romeo – Yuliet

Romeo dan Yuliet

Bermerek baru

Berlomba-lomba

Kita bergerak maju

Romeo dan Yuliet

Bermerek baru

Maju mundur

Tergantung situ!

(Genderang Baris Berbaris)

(Tema percintaan disajikan secara parodial. Romeo dan Yuliet mempertontonkan

kepiawaian mereka dalam olahraga baris berbaris dan cara kasih hormat. Adegan

usai, mereka masuk ke balik layar.

Para penonton pun bertepuk dengan kedua tangan).

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

34

Dalang

Luar biasa. Sekarang giliran: Roro mendut dan Pronocitro!

(Masuk seorang lelaki berblangkon, menghisap sepuluh batang rokok yang

memenuhi antara jari-jari tangannya. Diikuti oleh seorang perempuan yang berjualan

rokok)

Roromendut

Rokok, rokok, rokok. Semua ada, panjang, pendek, kecil-kecil, besar, asem, manis,

legit. Rasa baru, rasa coklat-jerek –apel dan tomat.

Pronocitro

Rokoknya lagi, Mbakyu! Yang rasa bawang.

Roromendut

Sudah punya kok minta. Mau ditaruh mana lagi?

Pronocitro

Masih ada kaki. Mana?

Roromendut

Nih. Aku kasih tiga. Dua pendek, satu panjang.

(Mendadak, dengan heboh, masuk seorang lelaki gempal mengusung poster

antirokok, bunyinya: nikotin no! Poligami yes!)

Dalang

Adipati Wiroguna.

(Pronocitro berperang mulut melawan Adipati. Pronocitro kalah lalu, Roro mendut

pun bunuh diri)

(Para penonton bertepuk tangan)

Dalang

Rupanya, kisah cinta Pronocitro dan Roro mendut tak lebih sebagai perang nikotin.

Maka, waktu Wiroguna menang, merokok pun dilarang di mana-mana. Tembakau

dianggap racun. Jadi, begitu Pronocitra dan Roromendut mati, seluruh petani

tembakau dan pabrik rokok juga ikut mati.

Pengangguran meningkat tajam, dan pajak negara berkurang pemasukannya.

Kesehatan warga bertambah maju, tapi para dokter mengeluh karena kekurangan

pasien. Hukum sebab akibat. Dilarang itu, muncul begini. Dilarang ini , muncul

begitu. Repot!

(Semuanya menyanyi:)

Melarang dan larangan

bias panjang resikonya

Jangan itu jangan ini

Harus bagaimana lagi?

Ibarat gedung bagus

Megah indah

Tapi tak punya pintu dan jendela

(Lampu berubah, terang pada Sampek –Engtay)

Bab II

~ Transportasi

35

Engtay

Kekal dan abadikah cinta Romeo – Yuliet?

Sampek

Hanya maut yang bisa memisahkan mereka. Kesetiaan Romeo pada Yulietnya,

begitu sebaliknya, tetap abadi sampai sekarang.

Engtay

Alangkah indahnya kalau kita berdua bisa begitu.

Sampek

Apa katamu?

Engtay

Jika Kakak mau jadi Romeo, aku mau jadi Yulietnya.

Sampek

Kamu ini bagaimana? Kita berdua sama-sama lelaki. Gila apa? Jangan berpikir

seperti itu. Kita ini orang-orang normal. Bagaimana bisa kamu jadi Yuliet. Ibaratnya

kita berdua adalah alu. Dan hanya lumpang yang harus kita cari.

Engtay

(Tertawa terbahak-bahak)

Kakak betul. Tapi juga salah. Aku tidak perlu lumpang lagi. Sudah punya.

Sampek

(Menghela napas)

yah, kamu memang orang kaya, tentu sudah ditunangkan oleh orang tuamu sejak

kamu kecil. Aku tidak begitu. Aku memang harus berubah keras mencari pangkat

dan kekayaan dulu, baru para calon istri mau mendekatiku, seperti laron mendekati

cahaya lampu.

Engtay

Kekayaan bukan ukuran untuk seorang perempuan. Yang paling penting adalah

hati bersih dan jujur dan bersedia bekerja keras. Pada Kakak aku lihat semua sifat

baik itu. Pasti akan ada perempuan yang bersedia jadi pendamping.

Sampek

Mudah-mudahan. Sekarang marilah kita pergi.

Engtay

Mencari lumpang?

Sampek

Huss. Kembali ke gedung sekolah

(Engtay tertawa manis sekali... lampu berubah)

(Sampek Engtay semakin intim. Ke mana pun pergi, selalu berdua. Dan pelajaran

di sekolah semakin meningkat pula)

Guru

(Menyanyi)

Merah dicampur kuning

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

36

Murid-murid

(Menyanyi)

Jadi warna jingga

Guru

Putih dicampur hitam

Murid-murid

Berubah menjadi kelabu muda

(Sambil menyanyi guru dan murid-murid bersilat)

Engtay

(Menyanyi):

Burung-burung berpasangan

Laut banyak asinnya

Manusia berjodohan

Keong ada rumahnya

Dalang

(Menyanyi):

Bagai lidah dan rasa

Bagai pohon dan tanah

Bagai bulah dan matahari

Sampek – Engtay duet serasi

Engtay – Sampek

(Berduet)

Tali persahabatan

Tersimpul abadi

Sepanjang zaman

Di bumi atau langit

Guru

Dilukai.

Murid-murid

Bangkit lagi.

Guru

Digencet, dihajar

Murid-murid

Tetap tegar

Guru

Dikucilkan, dibuang, disiksa

Murid-murid

Makin kuat perkasa

Guru

Jangan lupa, itu watak utama

Bab II

~ Transportasi

37

Murid-murid

Yeah, yeah....

(Lampu berubah)

Diambil dari

Sastrawan Bicara Siswa Bertanya

, Horison, 2005

1.

Coba Anda cermati naskah drama di atas, bahkan bila memungkinkan,

Anda saksikan pementasannya!

2.

Catatlah hasil pengamatan Anda terhadap naskah drama atau

pementasannya tersebut mengenai tokoh, konflik yang membangun, latar,

tema, pesan, dan isinya!

3.

Secara bergantian Anda ungkapkan tanggapan Anda masing-masing

terhadap naskah atau pementasan drama tersebut kepada kelompok belajar

Anda!

Perankanlah drama Sampek Engtay di atas! Hayatilah watak tokoh yang akan

Anda perankan dengan memerhatikan gerak-gerik dan mimik!

C.

MEMAHAMI HIKAYAT

Hikayat merupakan karya sastra yang tergolong dalam bentuk prosa. Karya

ini selalu dikaitkan dengan dengan unsur-unsur sejarah sehingga untuk memahaminya

pembaca harus mempunyai kesabaran.

Secara umum, hikayat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1.

Adanya tokoh pusat dikelilingi oleh tokoh-tokoh sampingan yang

keseluruhannya mewakili sejumlah kelompok tertentu.

2.

Dalam segala situasi tokoh pusat selalu menonjol dalam hal kebaikan dan

keunggulan.

3.

Perlawanan terus-menerus antara dua pihak, yaitu pihak yang baik yang

hendak memantapkan kembali keserasian hukum alam semesta yang

terancam oleh pihak yang jahat.

4.

Perlawanan antara kebaikan dan kejahatan mengakibatkan peperangan yang

tiada henti.

Latihan

Tugas Mandiri

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

38

Seperti karya yang lain, hikayat merupakan karya sastra yang terbentuk dua

unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur

yang membentuk karya sastra secara langsung. Jadi, unsur itu terdapat di dalamnya.

Pada bagian ini, Anda akan melihat sebagian unsur intrinsik pada sebuah hikayat

yang terkenal yaitu

Hikayat Hang Tuah.

Unsur intrinsik yang Anda perhatikan

yaitu: tokoh dan penokohannya, latar, dan tema, sedangkan unsure ekstrinsik yang

kita lihat yaitu latar budaya dan motif yang mempengaruhi.

1. Tokoh dan Penokohannya

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa dalam

cerita. Apabila dilihat dari fungsi tokoh yang berperan dalam cerita, tokoh dapat

dibedakan menjadi tokoh sentral, yaitu tokoh yang selalu menjadi pusat sorotan

dalam cerita; dan tokoh bawahan, yaitu tokoh yang kehadirannya diperlukan

untuk menunjang keberadaan tokoh utama. Tokoh utama sering disebut tokoh

protagonis dan tokoh yang melawannya sering disebut tokoh antagonis. Keduanya

merupakan tokoh sentral yang menjadi sorotan.

Kriteria untuk menentukan tokoh utama, yaitu tokoh yang dominan dalam

hal: (1) hubungannya dengan tokoh lainnya, (2) waktu penceritaannya, dan (3)

hubungannya dengan tema. Jalinan tokoh-tokoh dalam “Hikayat Hang Tuah”

dapat Anda perhatikan berikut ini!

Dalam Hikayat Hang Tuah, tokoh sentral yang menjadi penggerak cerita

adalah Hang Tuah dan Hang Jebat. Hang Tuah sebagai tokoh protagonis yang

menjadi citra kepahlawanan Melayu dan Hang Jebat sebagai tokoh antagonis

yang menjadi citra pembangkangan.

Pada mulanya, kedua tokoh tersebut merupakan sahabat karib. Karena

Hang Tuah berhasil mengalahkan Taming Sari, ia diangkat oleh Sultan menjadi

‘laksamana, sementara Hang Jebat tetap menjadi hulubalang biara. Hang Jebat

pun mulai menaruh dendam, ia pun mulai mengkhianati sahabatnya. Kedua tokoh

tersebut berkelahi atas dasar keyakinan dan prinsip masing-masing.

2. Latar dalam Hikayat Hang Tuah

Latar atau yang sering disebut setting menyangkut beberapa pengertian

yaitu: tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial yang menjadi tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita

secara konkret dan nyata.

Hikayat Hang Tuah mengambil latar tempat di lingkup tanah Melayu.

Penyebutan latar dalam cerita tidak selamanya bersifat nyata. Terkadang latar

disinggung dalam ulasan peristiwanya saja.

Adapun pembagian latar dalam “Hikayat Hang Tuah”, yaitu:

Latar waktu:

a.

dinyatakan dalam hari atau malam, diantaranya:

-

2 malam dalam perjalanan

-

3 hari dan 3 malam berjaga-jaga

-

5 hari 5 malam sampai ke Aceh Daru’s salam

Bab II

~ Transportasi

39

-

7 hari 7 malam berlayar

-

40 hari membangun kota

b.

dinyatakan dengan bulan, diantaranya:

-

Hang Tuah di benua Cina lewat 2 bulan

-

Hang Tuah 3 bulan di Mesir

-

Hang tuah 9 bulan di Rum

3. Latar Tempat dan Latar Sosial

Hikayat Hang Tuah banyak mengambil latar tempat di luar ruangan,

dengan bertumpu pada acuan sebagai berikut:

Malaka

: negara tetangga

Dalam kota

: bukit Cina, kampung Jawa

Istana

: pasar dan sekitarnya

Selain itu, perjalanan latar dalam hikayat Hang Tuah, berhasil

menempatkan Malaka pada kedudukannya yang tinggi dalam hubungannya dengan

daerah lain. Hal itu terlihat dalam ulasan berikut ini:

Malaka - Majapahit

Dalam perlawanan terhadap kekuatan dari Jawa Hang Tuah berhasil

menundukkan Majapahit dan meletakkan kekuasaan Malaka di Majapahit.

Kemenangan dalam tiap perjalanan mencapai puncaknya dalam penobatan anak

raja Malaka di Majapahit.

Dalam 6 kali perjalanan Hang Tuah mengesahkan Malaka berdaulat di

Nusantara.

Malaka - seluruh tanah Melayu

Setelah urusan dengan Jawa selesai, Hang Tuah melanjutkan kebak-

tiannya dengan mengadakan perjalanan ke negeri-negeri tetangga di sekitar

Malaka untuk memasukkannya ke dalam kekuasaan Malaka. Siantan dan Jemaja

yang semula daerah jajahan Majapahit sudah ditaklukkan lebih dulu sebelum

Hang Tuah masuk istana menjadi hamba. Sekarang tiba gilirannya untuk

Inderapura, Trengganu, dan Brunai. Dengan demikian, seluruh tanah Melayu

menurut gambaran waktu itu mengakui kedaulatan Malaka.

Malaka - dunia

Perjalanan tingkatan ketiga ini sifatnya lain daripada perjalanan ke

Majapahit dan daerah tetangga. Sekarang perjalanan ini termasuk jauh ke negeri-

negeri asing dan tidak untuk menaklukkannya, tetapi untuk memamerkan

kekuasaan Malaka kepada kerajaan-kerajaan besar di dunia.

Hang Tuah pergi ke Keling, kemudian langsung jauh ke Cina di sebelah

Timur. Jarak ke negeri Cina yang dipandang sangat jauh itu masih tersimpan

dalam hadis Nabi “Carilah ilmu walau ke negeri Cina sekalipun.”

Akhirnya Hang Tuah melewat ke Rum di sebelah Barat. Keling, Cina,

dan Rum adalah gambaran tetap dunia bangsa Melayu waktu itu. Perjalanan ke

daerah terjauh di ruang dunia sampai batas-batasnya itu berfungsi untuk

mengesahkan kedaulatan Malaka di dunia. Dalam perjalanan-perjalanan ini unsur

ruang tidak hanya kategori, tetapi mendapat nilai tema.

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

40

Perjalanan ke berbagai tempat itu bagi Hang Tuan sekaligus merupakan

upacara ritual inisiasi untuk menyempurnakan sifat-sifat kejantanan jiwanya,

seperti yang juga terdapat dalam cerita-cerita Panji. Upacara semacam itu

bersifat umum, karena terdapat pula pada bangsa-bangsa lain.

4. Tema dalam Hikayat Hang Tuah

Tema adalah masalah pokok yang diceritakan di dalam sebuah karya

sastra. Tema berfungsi untuk memberikan kekuatan dan kepaduan dalam

mendeskripsikan peristiwa cerita. Dalam sebuah karya sasta, tema seringkali

merupakan generalisasi kehidupan masyarakat, baik yang melibatkan keputusan

moral maupun tidak, serta dapat juga berupa sisi khusus kehidupan seseorang

sebagai tokohnya, misalnya yang menyangkut tentang sifat berani, rasa, kecewa,

kesedihan dan sebagainya.

Saat menentukan tema, terdapat beberapa kriteria berikut ini:

a.

ditentukan melalui permasalahan yang menonjol dalam cerita

b.

ditentukan melalui simpulan dari konflik yang mendominasi cerita

c.

ditentukan melalui peristiwa-peristiwa penting yang ada dalam cerita.

Hikayat Hang Tuah sebagai sebuah epik, menyimpulkan penceritaannya

kepada peristiwa kegagalan dan keperwiraan pahlawan-pahlawannya. Cerita

ini digerakkan oleh unsur mitos dan legenda yang penuh dengan unsur kesaktian

dan magis. Peristiwa-peristiwa yang terjalin di dalamnya mempunyai runtutan

yang jelas menunjukkan kebesaran Malaka dan kepahlawanan Hang Tuah

sebagai pahlawan Melayu. Terlebih lagi, Hang Tuah merupakan watak utama

dalam hikayat ini untuk menggerakkan cerita. Oleh karena itu, tema sentral

Hikayat Hang Tuah dapat disimpulkan menjadi: “Citra kepahlawanan Melayu.”

5. Motif dalam Hikayat Hang Tuah

Motif merupakan landasan berpikir dari masalah-masalah yang menjadi

penggerak di dalam cerita. Motif menggerakkan tokoh-tokoh dalam membentuk

alur cerita. Seperti halnya dalam cerita-cerita lama lainnya, dalam HHT pun

terdapat berbagai motif sastra dalam arti yang luas, umpamanya mimpi, tapa,

ramalan, dan lain-lain. Unsur-unsur itu mempunyai dua fungsi:

a.

Sebagai tanda pengenal yang tepat dalam konvensi sastra Melayu. Pembaca

atau pendengar mengharapkan bersua dengan unsur-unsur tersebut yang

tempatnya dalam cerita sudah tidak asing lagi bagi mereka.

b.

Sebagai motif cerita mempunyai fungsi tertentu, yang menggerakkan dan

mendorong cerita lebih lanjut.

Dalam Hikayat Hang Tuah terdapat motif-motif sebagai berikut.

a.

Motif Angka

Menarik perhatian bahwa di dalam HHT di sekitar 286 tempat terdapat

penggunaan angka antara 2 sampai dengan 10 dengan segala kelipatan dan

kombinasinya.

Bab II

~ Transportasi

41

Angka 1 yang pada umumnya hanya dipakai sebagai kata bantu bilangan

seekor, sebuah, sekeping, sebidang, dan sebagainya untuk menyatakan sesuatu

benda yang berwujud, dalam pembicaraan ini tidak dihitung. Seperti tertera

di bawah ini, banyaknya tempat dan macamnya kombinasi.

Untuk hal-hal tertentu digunakan angka-angka lima kali atau lebih

sebagai berikut:

orang

: 3 - 4 - 5 - 6 - 8 , istimewa banyak 7 - 30 - 40

hari/malam : 3 -

5 - 7 , istimewa banyak 7 - 10 - 20 - 40

senjata

: 4 - 8 - 100

, istimewa banyak 7 - 10 - 20 - 40

perahu

: 4 - 3 - 6 - 17, istimewa banyak 10 - 40

ukuran depan kati, hasta, dan sebagainya: 4 - 5 - 6 - 10 - 20

gajah kenaikan: 1000

b. Motif Mahkota

Mahkota adalah tanda kebesaran raja yang utama, lambang tahta

kerajaan. Dalam teks HHT kita jumpai dua kali motif makota. Motif yang

pertama hanya sebagai tanda pengenal dalam kebiasaan sastra Melayu,

sedang motif yang kedua adalah motif cerita yang menunjukkan arah cerita,

yang mengabdi kepada tema pokok. Anda perhatikan motif tersebut di bawah

ini!

Sang Pertala Dewa dari keinderaan mendapat dari tuan Puteri Gemala

Rakna Pelinggam seorang anak laki-laki, amat baik parasnya serta keluar

dengan membawa mahkotanya sekali (1 : 6).

Mahkota di sini tanda kebesaran raja, tempat segala kebaktian Hang

Tuah ditumpahkan. Jatuhnya mahkota berarti runtuhnya kerajaan dan jatuhnya

makota ini oleh pengarangnya disamakan waktunya dengan jatuhnya keris

Hang Tuah yang disambar oleh buaya putih.

Motif mahkota di sini membayangkan sebelumnya kepada raja, Hang

Tuah, dan semua orang Melayu serta semua pembaca, bahwa unsur-unsur

dalam tema pokok menghadapi masa keruntuhannya. Di sini pun tanda-tanda

itu secara tegas dinyatakan, bahwa baginda selama hilang makotanya gila-

gila sakit kepala dan tubuhnya demam, sehingga ia pun tahulah akan dirinya.

c.

Motif Fitnah

Motif fitnah menggerakkan Raja Malaka mengutus Hang Tuah

membunuh raja Inderapura. Sesampai di Inderapura Hang Tuah menyuruh

segala orang mencari yang membunuh Sang Si Tuah. Mana yang bertemu

habis diambil, ditangkap, dan dibawa turun ke perahu.

Di sini kita lihat, ayah Sang Si Tuah dibunuh Hang Tuah karena ia durhaka,

tetapi anak berhak akan kesetiaan Hang Tuah. Pembelaan terhadap anak

Hang Jebat berarti:

1) kesetiaan Hang Tuah terhadap sahabat karibnya,

2) sebagai motif cerita untuk memperlihatkan bahwa Hang Tuah dalam

berbakti kepada tuannya meniadakan diri dan keluarga. Buktinya anaknya

sendiri baru mendapat arti setelah Hang Tuah dibuang dan mundur.

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

42

Tugas Mandiri

Latihan

Dengan membawa sejumlah orang hukuman dari Inderapura Hang

Tuah kembali ke Malaka. Raja sangatlah suka cita dan memeluk leher Hang

Tuah.

Motif ikan todak dan motif fitnah yang mengenai Sang Si Tuah ini pun

dipakai untuk menojolkan kebaktian Hang Tuah kepada raja.

Kesimpulan motif firnah:

1) merupakan motif pusat sepanjang teks,

2) dipakai untuk menunjukkan secara jelas kebaktian Hang Tuah,

3)

dipakai sebagai motif cerita yang menggerakkan cerita lebih lanjut, antara

lain ke arah kebesaran kerajaan Keling yang turut mengangkat martabat

Malaka.

4) sangat erat berkaitan dengan motif melindungi yang difitnah oleh

Bendahara, Raja Muda satu kali dan Hang Tuah dua kali. Apabila

Bendahara tidak memberi perlindungan kepada Raja Muda dan Hang

Tuah, cerita tidak berkembang ke arah tema pokok.

5) dipakai untuk memperlihatkan dengan jelas watak-watak pelaku utama.

1.

Secara mandiri, coba Anda mendeskripsikan kembali tokoh-tokoh dan

perwatakan dalam Hikayat Hang Tuah!

2.

Setelah Anda simpulkan, Anda hubungan antartokoh di atas sehingga dapat

membentuk alur cerita!

3.

Berdasarkan penggalan Hikayat Hang Tuah di atas, berlatihlah

mendeskripsikan kembali latar yang ada, baik itu latar waktu, latar tempat,

maupun latar sosial.

Carilah sebuah contoh hikayat yang ada di perpustakaan sekolah Anda! Setelah

itu, tentukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam hikayat tersebut! Kerjakan

secara berkelompok (3-4 orang) dan hasilnya serahkan kepada guru!

Bab II

~ Transportasi

43

D.

MENULIS RESENSI

1. Prinsip-prinsip Penulisan Resensi

Pernahkah Anda membaca sebuah resensi? Resensi biasanya dapat

dijumpai pada harian, terkadang mengupas buku-buku sastra maupun nonsastra.

Bila Anda pernah membaca resensi buku-buku, baik itu buku sastra maupun

nonsastra, akan Anda temukan unsur-unsur yang ditulis dalam sebuah resensi.

Ulasan yang menunjukkan baik buruknya sebuah buku, penilaian sampai pada

pemahaman manfaat setelah membacanya itulah yang disebut resensi. Jadi,

prinsip-prinsip yang harus ada dalam resensi antara lain sebagai berikut.

a.

Identitas buku : judul, nama pengarang, tahun terbit, nama penerbit, tebal

dan jumlah halaman.

b.

Kepengarangan

Pada bagian ini, sebaiknya Anda memberikan gambaran umum isi karangan.

c.

Keunggulan buku

Pada bagian ini, Anda kemukakan keunggulan/kelebihan baik isi maupun

penyajiannya.

d.

Kelemahan buku

Pada bagian ini, Anda kemukakan kelemahan/kekurangan baik isi maupun

penyajiannya.

e.

Nilai dan tanggapan

Pada bagian ini, Anda diharapkan dapat menilai karya yang Anda resensi

tersebut secara objektif, lalu memberitahukan kepada calon pembaca mengenai

manfaat setelah membaca karya tersebut. Dengan demikian, mereka dapat

mengambil putusan apakah jadi membaca karya tersebut atau tidak.

2. Menulis Resensi

Dengan melihat prinsip-prinsip yang ada tersebut, ada tiga langkah pokok yang

harus dilakukan oleh seseorang yang akan membuat resensi, yaitu:

a.

membaca keseluruhan karya yang diresensi,

b.

menganalisis,

c.

menanggapi karya tersebut dalam bentuk penilaian.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, marilah kita perhatikan contoh

resensi berikut ini.

Masalah Kawin Antarsuku

dalam Raumanen

Seperti lagu-lagu pop begitu pula novel-novel pop menyanyikan cinta asmara

sepasang muda-mudi remaja. Novel serius jauh lebih luas jangkauan dari temanya.

Begitu pula cara penyajiannya. Orisinalitas dan kebaruan adalah ciri karya sastra.

sedang pada novel populer kaidah demikian justru ditinggalkan.

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

44

Novel harus mudah dipahami dan dinikmati pembaca umumnya. Ia harus

bersifat populer, menjangkau pembaca yang massa. Inilah sebabnya novel-novel

demikian lantas bersifat sederhana dalam penuturan, dalam struktur dan tema.

Novel Marianne Katoppo yang bernama Raumanen dapat dikategorikan

sebagai bacaan populer demikian. Plot ceritanya sederhana saja. Manen ketemu

Monang. Mereka saling mencinta, terjadi kehamilan atas diri Manen akibat

percintaan itu. Klimaksnya terjadi waktu Monang ternyata tidak berani menikahi

Manen lantaran orang tuanya telah menjodohkannya dengan gadis lain.

Penyelesaiannya ialah Manen bunuh diri.

Plot yang sederhana ini ternyata cukup menarik dalam bentuk novel yang

diolahnya. Bukan lantaran ceritanya yang jelas berciri populer, orang bahagia atau

menderita akibat asmara. Novel ini menarik lantaran ia menyisipkan suatu masalah

sosial didalamnya. Novel ini mempertanyakan pada pembacanya, bahwa di zaman

ultra modern ini sisa-sisa adat untuk melarang perkawinan antarsuku masih

menggejala. Hal itu mendatangkan tragedi. Gadis Raumanen menemukan tembok

raksasa bernama “kemauan orang tua yang masih tebal dibalut adat daerah”

sehingga terpaksa melarikan diri ke pintu bunuh diri. Ini cukup mengejutkan kita.

Seolah zaman “Salah Asuhan” dan “Siti Nurbaya” masih tetap hidup segar sampai

sekarang. Masalah perkawinan antar suku dengan segala hambatan dan

problematikanya ini bukan baru pertama kali ini diungkap oleh novelis muda seperti

Marianne Katoppo. Ashadi Siregar dengan novel-novelnya “Terminal Cinta

Terakhir” dan “Sirkuit Kemelut” pernah mempermasalahkan hal ini pula. Keunikan

masalah ini ialah bahwa gejala demikian justru muncul di kalangan orang-orang tua

asal daerah yang bermukim di Jakarta atau kota-kota besar Indonesia yang lain.

Gambar 2.1

Cover novel Raumanen

Bab II

~ Transportasi

45

Monang adalah pemuda Batak yang berpendidikan teknik tinggi. Ia dibesarkan

dan hidup di budaya modern kota besar di Jawa. Namun tautannya dengan daerah

dan “orang tua” masih cukup kuat. Pertautannya ini bukan hanya sekadar

penghormatan, tetapi juga dipakainya untuk memperhitungkan masa depannya

sendiri. Pemuda yang terpelajar dan bebas dalam bergaul ini ternyata cuma

menunjukkan “kulit” modernnya saja. Pada dasarnya, dia masih punya akar hidup

daerahnya. Orang-orang modern di kota-kota besar ini ternyata masih belum

terlepas sama sekali dari masa lalunya. Raumanen yang tidak dibahagiakan hidupnya

oleh sifat yang demikian memilih jalan pendek membunuh diri. Mungkin ini sikap

fatalis yang feminim. Nyatanya pada novel-novel Ashadi protagonisnya (lelaki)

justru menunjukkan sikap pemberontakan.

Dalam hal ini novel “Raumanen” berhasil memberikan sesuatu yang patut

untuk dipikirkan para pembacanya, di samping ia sendiri memberikan nikmat cerita

pada kita. Saya kira disinilah letak kelebihan itu, meskipun persoalan yang

dilontarkannya pada kita tidak terlalu lengkap. Ibaratnya ia hanya menunjukkan

adanya suatu gejala masalah.

Nikmat ceritanya itu sendiri kita dapatkan oleh gaya ceritanya yang halus,

lembut, dan terpelajar. Tanpa banyak membuang tutur Marianne Katoppo menuliskan

adegan demi adegan ceritanya. Ciri popnya yang menonjol ialah seringkalinya ia

menyisihkan lukisan-lukisan kehidupan anak-anak muda yang penuh dengan

gurauan-gurauan dan humor yang “kampus” atau terpelajar kalau tidak boleh

dikatakan

sophisticated

. Desakan demikian rupanya terlalu banyak muncul sehingga

kadang merusak suasana cerita. Misalnya pada adegan Raumanen yang sedang

pada puncak kebingungannya akibat menyaksikan “kekasihnya” Monang

mengadakan pesta di rumahnya tanpa mengundang dirinya, dan keesokan harinya,

dalm suasana batin yang begitu kalut, Raumanen masih sempat bercanda dalam

dialognya dengan Monang. Yang demikian ini juga seringkali menghinggapi novelis

wanita lainnya, Marga T. Yang terakhir ini sering terlena memperpanjang cerita

hanya untuk melukiskan gurauan anak muda di rumah sakit. Humor merupakan

suatu resep hiburan yang selalu bermanfaat. Namun, kadang mesti ditakar secara

benar. Terlalu banyak humor dalam novel yang berbau tragis begini agak

mengganggu kesatuan juga.

Setting ceritanya itu sendiri memang kehidupan kampus. Tak mengherankan

bahwa dari kehidupan anak-anak muda yang demikian lahir adegan-adegan serius

sambil bergurau atau kadang juga bergurau namun serius (sinis atau sarkatis).

Suatu setting kehidupan yang akhir-akhir ini banyak digarap para novelis muda,

memang banyak menawarkan romantisme, idealisme, aktualisme kontemporer dan

sejumlah konflik cinta asmara.

Teknik berceritanya juga tidak sepenuhnya konvensional. Ini juga menarik

perhatian. Marianne dalam novelnya ini banyak menggunakan

flash back

. Seluruh

novel itu sendiri sebenarnya adalah “penceritaan kembali”, secara naratif oleh orang

luar dengan sekali-sekali kembali pada tokoh Manen dan Monang yang menyuarakan

monolognya pada kita. Teknik ini memang jarang kita temui pada bacaan populer.

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

46

Tugas Mandiri

Latihan

Suatu surprise mengunci novel yang lancar ini, bahwa semua itu dikisahkan oleh si

tokoh yang sudah mati.

Pengakhiran yang demikian itu memang mencerminkan sifat sentimentil. Warna

demikian itu, cukup terasa dalam seluruh novel, tetapi, bukankah demikian ciri-ciri

bacaan populer? Novel mesti seperti etalase toko: banyak macam orang, banyak

gerak, warna, humor dan banyak suspense serta surprise. selain itu jangan lupa

resep satu ini yaitu menggoyang perasaan (sentimentalisitas) pembaca dengan

ketawa di balik air mata.

Novel ini telah memberikan lebih daripada yang kita harapkan dari jenisnya.

Dikerjakan dengan keterampilan teknis bercerita dan perasaan halus seorang

wanita.

Sumber: Tim Penulis Bahasa dan Sastra Indonesia SMU, 2000

Coba Anda kerjakan beberapa soal di bawah ini dengan baik!

1.

Bentuklah kelompok belajar yang setiap kelompok beranggotakan lima anak!

2.

Setiap kelompok menentukan satu judul novel yang dapat ditemukan di

perpustakaan sekolah!

3.

Pahami isinya kemudian analisislah dan buatlah resensinya!

4.

Secara bersama-sama Anda diskusikan kebenaran resensi yang Anda buat.

1.

Carilah sebuah novel sastra lain yang ada di perpustakaan sekolah Anda!

2.

Susunlah resensinya!

3.

Serahkan hasil resensi Anda kepada guru untuk diberi penilaian dan

masukan!

Bab II

~ Transportasi

47

1.

Yang dimaksud peristiwa dalam pementasan drama yaitu serentetan kejadian

yang dikembangkan dalam pementasan drama sehingga membentuk alur

cerita yang dapat dinikmati oleh penonton.

2.

Tokoh drama adalah orang yang menjadi pelaku di dalam drama, sedangkan

peran merupakan watak dan perilaku yang dilakukannya.

3.

Dialog drama yaitu percakapan yang disajikan dalam drama. Dialog itu

biasanya menimbulkan konflik bahkan menuntun sampai pada klimaks

penceritaan sampai pada penyelesaiannya.

4.

Hikayat merupakan karya sastra yang tergolong dalam bentuk prosa. Secara

umum, hikayat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

a.

Adanya tokoh pusat dikelilingi oleh tokoh-tokoh sampingan yang

keseluruhannya mewakili sejumlah kelompok tertentu.

b.

Dalam segala situasi tokoh pusat selalu menonjol dalam hal kebaikan

dan keunggulan.

c.

Perlawanan terus-menerus antara dua pihak, yaitu pihak yang baik

yang hendak memantapkan kembali keserasian hukum alam semesta

yang terancam oleh pihak yang jahat.

d.

Perlawanan antara kebaikan dan kejahatan mengakibatkan peperangan

yang tiada henti.

5.

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa dalam

cerita.

6.

Tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial yang menjadi tempat

terjadinya peristiwa.

7.

Latar atau yang sering disebut setting menyangkut beberapa pengertian

yaitu peristiwa yang diceritakan. Biasanya latar memberikan pijakan cerita

secara konkret dan nyata.

8.

Resensi yaitu ulasan mengenai karya tulis yang mempunyai prinsip-prinsip

antara lain sebagai berikut ini:

a.

identitas buku

b.

kepengarangan

c.

keunggulan buku

d.

kelemahan buku

e.

nilai dan tanggapan.

Rangkuman

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

48

Setelah mempelajari materi bab II, Anda mendapatkan banyak wawasan.

Beberapa hal yang sebaiknya Anda sikapi secara positif sebagai berikut.

1.

Apabila Anda menyaksikan pementasan drama dan agar kegiatan Anda itu

tidak sia-sia, sebaiknya Anda mampu mengidentifikasi peristiwa,

perwatakan, dialog dan konflik dalam pementasan tersebut.

2.

Untuk menyampaikan perwatakan tokoh yang mantap, sebaiknya Anda

mampu menjiwai watak tersebut. Selain itu, setiap dialog sebaiknya

disampaikan dengan penjiwaan yang baik, lantas Anda ekspresikan melalui

mimik yang mendukung.

3.

Pemahaman karya sastra dapat ditunjukkan dengan mampunya menganalisis

unsur-unsur yang membentuknya atau mempengaruhi terbentuknya karya

tersebut. Dalam memahami hikayat, sebaiknya Anda mampu menemukan

unsur intrinsik dan ekstrinsiknya, misalnya alur, setting, tokoh, penokohan,

dan budaya penulisnya. Dengan mampu menemukan unsur tersebut, Anda

dapat memahami karya sastra itu.

4.

Resensi merupakan ulasan karya tulis yang meneliti kelebihan dan

kekurangannya sampai pada penilaian. Perlu diingat bahwa resensi ini

ditujukan kepada calon pembaca. Oleh sebab itu, Anda harus dapat

mengungkapkan prinsip-prinsipnya secara objektif sehingga calon pembaca

dapat menentukan tindak lanjut apakah jadi membaca atau tidak secara

benar.

Refleksi

Bab II

~ Transportasi

49

Setelah mempelajari materi bab ini, Anda dapat mengukur kemampuan

Anda dengan mengerjakan soal-soal evaluasi berikut ini.

I.

Pilihlah a, b, c, d, atau e sebagai jawaban yang tepat!

1.

Dalam pementasan drama sering ditemukan perbedaan pendapat para tokoh

yang menimbulkan ketegangan di antara mereka. Tahapan ini disebut tahapan

drama yang disebut ... .

a.

pengenalan

b.

permasalahan

c .

konflik

d.

klimaks

e.

peleraian

2.

Berikut ini merupakan unsur pementasan drama yang disebut unsuk intrinsik,

kecuali

... .

a.

peristiwa

b.

pelaku

c .

alur

d.

konflik

e.

sikap pengarang

3.

Perwatakan dalam pementasan drama dapat didukung dengan beberapa faktor

sebagai berikut,

kecuali

... .

a.

pemakaian kostum

b.

gaya dialog

c.

maksud pengarang

d.

sikap seorang tokoh terhadap tokoh yang lain

e.

hubungan interaksi antartokoh

4.

Seorang tokoh mempunyai watak pemarah dan egois. Watak ini dapat ditunjukkan

dengan unsur-unsur sebagai berikut,

kecuali

... .

a.

suka tersenyum

b.

membentak-bentak

c.

intonasi dialog selalu tinggi

d.

bertemperamen tinggi

e.

selalu ingin menang sendiri

5.

Ada beberapa faktor yang harus dikuasai oleh seorang pemain drama, di

antaranya sebagai berikut,

kecuali

... .

a.

pemahaman atas siapa yang diajak berbicara

b.

keberanian

c.

pemahaman dan penguasaan masalah

d.

berusia lebih dari 20 tahun

e.

pemahaman situasi

Evaluasi

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

50

6.

Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar. ... Hal itu mengakibatkan banyak pemuda

datang dan menuntut ilmu di kota ini. Masyarakat sudah begitu yakin akan

tingginya mutu hasil pendidikan di Yogyakarta.

Agar menjadi karangan yang padu, sebaiknya bagian rumpang dalam kalimat di

atas diisi dengan kalimat ... .

a.

di sana didirikan perguruan-perguruan tinggi yang bergengsi

b.

di sana didirikan lembaga-lembaga pendidikan les kelas dan privat

c.

di sana didirikan lembaga-lembaga pendidikan luar sekolah

bonafide

d.

di sana didirikan berbagai jenjang lembaga pendidikan baik negeri maupun

swasta

e.

di sana SPP murah dan kebutuhan sehari-hari terjangkau oleh kantong pelajar

7.

Anak perempuan itu menjelaskan bahwa ketika mereka sedang asyik berjalan

tiba-tiba Indah menyelinap di antara mereka. Tentu saja mereka kaget. Karena

kaget, anjing yang mereka bawa juga terkejut dan langsung menyambar Indah.

Indah berusaha keras untuk lari, tetapi gigitan anjing itu makin kuat. Akhirnya

Indah terjatuh.

Isi wacana di atas adalah ... .

a.

cerita anjing dan Indah yang lucu

b.

anak perempuan dan Indah tertimpa peristiwa digigit anjing

c.

cerita anak perempuan tentang peristiwa yang menimpa Indah

d.

indah yang terjatuh karena digigit anjing

e.

cerita tentang anjing Indah yang sangat lucu

8.

Pengertian unsur intrinsik yang tepat yaitu ... .

a.

unsur yang dimiliki oleh pengarang, misalnya agama

b.

unsur yang dimiliki oleh pengarang, misalnya budaya

c.

unsur yang mempengaruhi terbentuknya karya sastra

d.

unsur yang membangun secara langsung suatu karya sastra

e.

unsur yang berupa maksud secara mendalam, jadi bukan alur, setting, atau

penokohan

9.

Unsur-unsur/pernyataan berikut ini yang tidak terdapat di dalam sebuah resensi

adalah ... .

a.

kelebihan karya tulis

b.

kekurangan karya tulis

c.

resensi ditujukan kepada pembaca/calon pembaca

d.

resensi ditujukan kepada penulis karya bersangkutan agar dapat memperbaiki

kekurangannya

e.

penilaian terhadap karya tulis bersangkutan

10.

Bagian resensi yang berupa identitas buku terdapat pada bagian berikut ... .

a.

penerbit

b.

kelebihan karya tulis

c.

kekurangan karya tulis

d.

resensi ditujukan kepada pembaca/calon pembaca

e.

bujukan agar buku laku di pasaran